Jakarta, Fundflow – Kondisi ekonomi lagi berat, di mana pertumbuhan diprediksi melambat moderat pada semester II tahun ini, akibat transisi politik domestik dan ketidakpastian pertumbuhan global. Kondisi saat ini bisa menjadi kesempatan untuk akumulasi saham blue chip pilihan di IDX30 dan indeks MSCI.
Dalam laporan terbarunya, OCBC mempertahankan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2024 sebesar 5%. Pertumbuhan ini didorong oleh kebijakan fiskal ekspansif, pengeluaran rumah tangga yang kuat, dan pemulihan investasi serta ekspor setelah penyesuaian harga komoditas.
Namun, seperti ditulis di atas, diperkirakan ada perlambatan moderat pada paruh kedua tahun ini. Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari 53% PDB, tetap menjadi pendorong utama dengan inflasi yang stabil serta kenaikan upah riil.
September 2024, inflasi headline menurun menjadi 1,8% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Bank Indonesia (BI) juga mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada September lalu untuk mendukung pertumbuhan kredit dan ekonomi.
Sementara itu, pasar obligasi dan saham Indonesia menikmati aliran investasi asing yang meningkat, didorong oleh ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), bank sentra AS. Rupiah mencatatkan performa terbaik di Asia, berkat perbaikan prospek pemotongan suku bunga global.
Seiring dengan itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan mencapai 8.000 pada tahun 2024. Sektor-sektor yang diperkirakan akan berkinerja baik meliputi perbankan, multi-sektor, barang industri, telekomunikasi, dan teknologi.
“Rekomendasi saham meliputi BBRI, ASII, UNTR, EXCL, dan BUKA,” tulis OCBC dalam sebuah laporan, dikutip Minggu (13/10/2024). (avn)
Discussion about this post