Jakarta, Fundflow – Emiten teknologi PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) rugi Rp 597 miliar per September 2024, membaik dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 593 miliar. Perseroan berniat melakukan restrukturisasi bisnis yang berujung pada PHK karyawan di sejumlah divisi dalam kuartal mendatang.
Pemicu kerugian perseroan adalah tingginya beban yang ditanggung. Dalam laporan keuangan Bukalapak di laman BEI, dikutip Rabu (30/10/2024), perseroan mencetak pendapatan Rp 3,3 triliun, stabil dari tahun lalu. Tetapi, beban pokok pendapatan dan penjualan serta pemasaran sangat besar, masing-masing Rp 2,7 triliun dan Rp 252 triliun.
Selain itu, beban umum dan administrasi sangat besar Rp 868 miliar, sedangkan beban pendapatan operasi Rp 208 miliar. Ini diperparah oleh rugi investasi Rp 596 miliar. Akibatnya, perseroan mencetak rugi usaha Rp 1,3 triliun.
Perseroan meraih kas dari operasi Rp 200 miliar, berbanding terbalik dari minus Rp 18,5 miliar. Kas dan setara kas perseroan masih besar, Rp 11,3 triliun.
Ekuitas Bukalapak mencapai Rp 24,8 triliun, dengan liabilitas Rp 848 miliar. Dengan demikian, aset perseroan mencapai Rp 25,65 triliun, turun dari Rp 26,1 triliun.
Sementara itu, manajemen Bukalapak menegaskan, secara historis, kuartal III-2024 adalah kuartal terlemah dalam setahun yang disebabkan oleh seasonalitas bisnis baik pada divisi O2O dan juga marketplace. EBITDA membaik menjadi minus Rp 68 miliar dan EBITDA disesuaikan tumbuh 55% menjadi -Rp 193 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2023.
Namun, EBITDA yang disesuaikan kuartal III-2024 masih negatif Rp 168 miliar, tidak sejalan dengan target profitabilitas 2024. Dalam tiga tahun terakhir, pasar telah berubah secara signifikan, begitu pula dengan dinamika persaingan.
Meskipun terdapat pertumbuhan TPV dan pendapatan di masa lalu, biaya operasional telah meningkat melebihi kontribusi pendapatan di berbagai segmen bisnis. Perseroan telah berupaya untuk fokus pada optimalisasi operasional dan menjaga disiplin keuangan guna menghadapi tantangan ini.
Hasil kuartal III-2024 menunjukkan, perseroan belum berhasil membalikkan tren di beberapa bisnis. Hal ini tidak sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perseroan melakukan perubahan dalam pendekatan operasional dan segmen bisnis yang akan kami fokuskan ke depan.
Restrukturisasi dan PHK