Jakarta, Fundflow – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI/BBNI) mencetak lonjakan laba bersih 66% menjadi Rp 3,9 triliun kuartal I tahun ini, sejalan dengan proyeksi Trimegah (25,6% dari proyeksi setahun) dan konsensus analis (25,7%). Namun, ada catatan buruk dari menterengnya kinerja keuangan bank pelat merah tersebut.
Trimegah menilai, kenaikan laba bersih BNI lebih ditopang pendapatan nonbunga, yang melesat 29%. BNI mendapatkan untung dari trading surat berharga dan forex. Selain itu, biaya provisi ambruk 25%.
<span;>Adapun pendapatan bunga bersih turun 1,8% menjadi Rp 9,2 triliun. Ini disebabkan terpangkasnya margin bunga bersih (NIM) menjadi 4,5% dari 4,7%, seiring naiknya biaya dana akibat penerbitan obligasi US$ 600 juta kuartal IV-2021, dengan bunga 4,3% per tahun.
Hal baik dari kinerja BNI, tulis Trimegah, adalah pertumbuhan kredit sebesar 5,8% year on year dan 1,6% quarter on quarter (qoq), yang didorong sektor swasta. Kredit baru BNI mencapai Rp 61,3 triliun, melampaui level prapandemi kuartal I-2020 Rp 51,6 triliun.
Rupanya hal baik lebih baik ketimbang buruk di tubuh BNI. Alhasil, harga saham BBNI sudah melambung 41,5% ke level Rp 9.600 saat Trimegah membuat riset tentang BNI. Alhasil, target harga BBNI versi Trimegah Rp 9.000 sudah terlampaui.
“Kami sedang meninjau target harga BBNI akhir 2022,” tulis Trimegah, belum lama ini. (avn)
Discussion about this post