Jakarta, Fundflow – Rasio kredit macet PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim/BJTM) membengkak menjadi 4,5% per Desember 2021, dibandingkan September dan 2020 masing-masing 4,4% dan 4%. Adapun total kredit Bank Jatim tahun lalu tumbuh 3,1% menjadi Rp 42,7 triliun.
“Kenaikan NPL salah satunya disebabkan manajemen tidak menghapusbukukan kredit berisiko,” tulis RHB dalam laporan riset, belum lama ini.
Tahun ini, manajemen Bank Jatim meyakini, aset akan lebih sehat, dengan target penurunan NPL ke level 3,8-4%. Pemicunya adalah peningkatan aktivitas ekonomi
Selain kredit macet, masalah lain Bank Jatim adalah lonjakan biaya operasional yang menggerogoti laba usaha kuartal IV. Pada periode itu, biaya operasional perseroan melonjak 28% menjadi Rp 1,1 triliun. Imbasnya, laba bersih perseroan pada periode itu ambles 13,2% menjadi Rp 338 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sepanjang 2021, perseroan membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun, naik 2,3% dari tahun sebelumnya. Jumlah itu 85% dari proyeksi RHB Sekuritas dan 111% dari konsensus analis.
“Namun, ke depan, manajemen Bank Jatim melihat ada peluang untuk memangkas biaya operasional,” tulis RHB.
Hal positif dari Bank Jatim, tulis RHB, adalah dana pihak ketiga (DPK) yang melimpah, didorong lonjakan dana murah 11,6% menjadi Rp 50,9 triliun dan deposito 32% menjadi Rp 32 triliun. Alhasil, LDR turun dari 60% menjadi 51%.
Tahun ini, perseroan memprediksi pertumbuhan kredit berkisar 5-6% vs 2021 sebesar 3%. Hal ini, dalam pandangan RHB, bakal ditopang kredit konsumsi, terutama yang terkait gajian.
RHB menyematkan rekomendasi buy BJTM, dengan target harga Rp 1.000 vs penutupan perdagangan Jumat (26/2/2022) Rp 770. (avn)
Discussion about this post