Jakarta, Fundflow – Sentimen global untuk indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat gelap di kuartal IV-2022. Ini mendorong Mandiri Investasi menyunat target IHSG 2022 menjadi 7.400-7.600 dari 7.800-8.000.
Namun, target itu masih lebih tinggi dibandingkan posisi indeks saat ini di level 7.000-an. Itu artinya, masih ada peluang di tengah kegelapan.
Dalam Laporan Analisis Ekonomi dan Pasar Modal kuartalan, Mandiri Investasi menulis, pelaku pasar global memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 4-5% dari saat ini di 3,25%. Investor global memperkirakan kenaikan suku bunga yang begitu cepat membuat ekonomi AS menjadi sulit. Akhirnya, The Fed terpaksa menurunkan suku bunga acuan mulai semester II 2023.
Namun, Mandiri Investasi masih melihat ekonomi AS kemungkinan hanya akan mengalami mild recession. Sebab, The Fed menentukan kebijakan berdasarkan data ekonomi yang saat ini terus melemah akibat kenaikan signifikan dari suku bunga acuan. Jika data ekonomi terus melemah, The Fed dapat menurunkan laju kenaikan FFR, sehingga ekonomi masih bisa tumbuh, meski tipis.
Pengetatan kebijakan moneter yang kuat tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga dilakukan oleh banyak bank sentral di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan demikian discount rate meningkat, karena terdorong oleh naiknya suku bunga pinjaman dan ekspektasi return dari shareholders.
“Oleh karena itu, valuasi saham harus menyesuaikan dengan kebijakan moneter yang ketat. Adapun target IHSG tahun 2022 kami turunkan menjadi 7.400–7.600 dari sebelumnya 7.800 – 8.000, karena naiknya discount rate, seiring dengan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia,” tulis Mandiri Investasi, dikutip Selasa (1/11/2022).
Uniknya, Mandiri Investasi justru menaikkan proyeksi pertumbuhan laba bersih per saham (EPS) emiten BEI 35% dari 15% tahun 2022. Menyosong akhir tahun, Mandiri memprediksi saham domestik terus menguat, terutama yang berkapitalisasi besar dan belum banyak bergerak naik, seperti sektor konsumen, ritel, dan lain–lain.
“Selain itu, kami masih percaya sektor keuangan dan tambang masih dapat terus mendukung kinerja produk pengelolan saham pada tahun ini,” tulis Mandiri Investasi. (avn)
Discussion about this post