Jakarta, Fundflow – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memang mampu keluar dari jurang kerugian sejak semester I tahun ini dan berlanjut hingga kuartal III dengan laba bersih Rp 3,6 triliun. Ini semua bisa terjadi karena Bukalapak berinvestasi di saham PT Allo Bank Tbk (BBHI), milik Trans Corp.
Jadi, tanpa Allo Bank, perusahaan marketplace ini dipastikan masih berada di zona rugi. Indikatornya apa? Kuartal III tahun ini, EBIDTA Bukalapak masih minus Rp 327 miliar, kendati kinerja operasional membaik. Namun, rasio EBITDA terhadap total processing value (TPV) membaik menjadi -1,1% dari tadinya -0,8%.
Bukalapak membukukan pertumbuhan TPV sebesar 32% menjadi Rp 41,3 triliun kuartal III tahun ini, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, sebesar 74% TPV perseroan berasal dari luar daerah lapis 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.
TPV Mitra Bukalapak kuartal III tahun ini naik 23% menjadi Rp 19,7 triliun dan per September 2022 tumbuh 37% menjadi Rp 54,7 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra.
Akhir September 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 15,2 juta, meningkat dari Desember 2021 sebanyak 11,8 juta. Pendapatan Bukalapak kuartal III tahun ini tumbuh 86% menjadi Rp 898 miliar, sedangkan per September 2022 meningkat 92% menjadi Rp 2.589 miliar.
Kuartal III lalu, Bukalapak menekan biaya dan insentif serta tetap mendorong tumbuhnya pendapatan. Bukalapak telah menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut, yang sangat penting dalam membantu perseroan mencapai profitabilitas di masa depan. Ini sekaligus membuktikan bahwa bisnis tidak hanya bergantung pada pengeluaran, promosi, dan subsidi untuk menghasilkan pertumbuhan. Saat ini, dengan operasional bisnis yang kuat. Bukalapak akan fokus pada pertumbuhan pendapatan, seraya terus berusaha untuk mencatat margin kontribusi yang positif.
Selama sembilan bulan 2022, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap TPV membaik menjadi 1% dibandingkan 1,2% pada periode sama tahun sebelumnya.
Margin kontribusi Bukalapak, yang dihitung sebagai laba kotor dikurangi beban penjualan dan pemasaran terhadap TPV, menunjukkan peningkatan dari -0,1% pada kuartal III-2021 menjadi 0,1% terhadap kuartal III tahun ini. Perseroan berhasil membukukan margin kontribusi positif pada pertama kalinya di kuartal ini.
Adapun margin kontribusi marketplace Bukalapak terhadap TPV meningkat dari 0,2% di 3Q21 menjadi 0,5% di kuartal III, sedangkan margin kontribusi mitra terhadap TPV Mitra membaik dari -0,4% menjadi -0,3%.
Bukalapak membukukan laba usaha sebesar Rp 3,533 triliun per September 2022, dibandingkan rugi operasional Rp 1,216 triliun, terutama disebabkan oleh laba nilai investasi marked-to-market dari PT Allo Bank Tbk. Oleh karena itu, perseroan juga mencatat laba bersih sebesar Rp 3,6 triliun dari rugi bersih Rp 1,128 triliun.
Meskipun telah mencatat laba bersih, perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional. Oleh karena itu, manajemen Bukalapak tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja perseroan.
“Dengan peningkatan efisiensi yang diiringi oleh pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas mencapai Rp 20,2 triliun akhir September 2022, 15 kali lebih dari adjusted EBITDA kuartal III yang disetahunkan,” tegas manajemen dalam keterangan resmi, Senin (31/10/2022). (gbr)
Discussion about this post