Jakarta, Fundflow – Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) melesat 14,3% ke level Rp 2.550 kemarin, didorong rencana divestasi saham anak usaha PT Petrosea Tbk (PTRO). Ternyata, harga itu masih jauh dari target Trimegah Rp 3.300, sehingga masih bisalah dihajar kiri (disc on).
Dalam laporan riset, belum lama ini, Trimegah menilai, Indika adalah crazy rich di industri batu bara Indonesia. Perseroan mengendalikan PT Kideco Jaya Agung, salah satu pemain batu bara top nasional, dengan produksi 35 juta ton per tahun. Selain itu, perseroan memegang 100% saham Nusantara Resources, yang memiliki tambang emas dengan cadangan 1,45 juta ons. Produksi tambang emas ini diprediksi dimulai 2024.
Trimegah memprediksi Kideco sanggup menghasilkan EBITDA US$ 699 juta dan US$ 621 juta selama 2022 dan 2023. Imbasnya, Indika bakal meraup free cash flow US$ 82 juta dan US$ 149 juta selama periode itu.
Trimegah memprediksi EBITDA Indika tahun ini bisa melunasi obligasi senilai US$ 578 juta yang diterbitkan perseroan untuk menaikkan porsi saham di Kideco dari 46% menjadi 91% pada 2017.
Trimegah menaikkan proyeksi harga batu bara 2022 dan 2023 menjadi US$ 145 per ton dan US$ 125 per ton dari US 105 per ton dan US 90 per ton. Penyebabnya ada tiga, yakni rendahnya stok batu bara di dunia, seperti Cina yang hanya 14 hari, lonjakan harga energi, seperti minyak, gas, termasuk batu bara, serta apalagi kalau bukan perang Rusia-Ukraina.
“Risiko saham INDY adalah penurunan harga batu bara yang mendadak, lambatnya eksekusi pengembangan bisnis emas, dan potensi kenaikan pajak akibat habisnya kontrak karya pada 2023 dan digantikan ke IUPK,” tulis Trimegah. (yus)
Discussion about this post