Jakarta, Fundflow – Cina berniat menghajar harga batu bara dunia, yang reli gila-gilaan sejak Desember 2021, berdasarkan hasil rapat pejabat-pejabat negara itu, 9 Februari 2022. Apakah ini berarti saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan kawan-kawan bakal boncos?
Sebelum menjawab itu, mari kita telaah laporan riset BRI Danareksa Sekuritas tertanggal 222 Februari 2022. Laporan itu menyebutkan, Cina bakal mematok harga tertinggi batu bara 700 yuan per ton di tambang dan 900 tuan per ton di pelabuhan.
“Jika kita konversi harga patokan di pelabuhan Cina, harga batu bara berada di level US$ 142 per ton, lebih tinggi dari rata-rata 2021 sebesar US$ 136 per ton. Artinya, pemain batu bara Indonesia bakal tetap membukukan pertumbuhan laba bersih yang kuat tahun ini,” tulis sekuritas lokal itu.
BRI Danareksa memprediksi harga batu bara tahun ini sekitar US$ 150 per ton. Meski demikian, Danareksa mengakui, volatilitas harga batu bara masih tinggi, didorong krisis energi di Eropa dan manuver Cina menghantam si emas hitam.
Jika faktor itu dimasukkan, BRI Danareksa menilai, harga batu bara berkisar US$ 120-130 per ton. Berdasarkan hitung-hitungan sekuritas ini, Adaro cs tetap dapat menuai lonjakan laba bersih, jika harga batu bara stagnan US$ 120 per ton. Alhasil, imbal hasil dividen tetap tinggi.
Sekuritas ini mempertahankan rekomendasi overweight saham sektor batu bara di Bursa Efek Indonesia. Saham pilihanya adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
BRI Danareksa merekomendasikan buy ITMG dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 28 ribu dan Rp 3.500. ADRO dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga mendapatkan rating buy dengan target harga Rp 2.800 dan Rp 12.800. (avn)
Discussion about this post