Jakarta, Fundflow – Perang Rusia-Ukraina bisa membikin tiga raksasa barang konsumsi,PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Indofood CBP Tbk (INDF) bengep. Alasannya, perang itu membuat harga bahan baku makanan olahan tiga perusahaan itu, yakni gandum, melonjak.
Alhasil, margin tiga pemain itu bakal terkikis, jika harga jual dipertahankan. Demikian kurang lebih lead dari laporan riset BRI Danareksa Sekuritas tentang saham sektor konsumsi, tertanggal 24 Februari 2022, bertepatan dengan serangan Rusia ke Ukraina.
Sekuritas lokal itu menilai, Rusia dan Ukraina selama ini menguasai 29% pasar gandum dunia. Meski masa panen komoditas itu masih beberapa bulan ke depan, perang yang berkepanjangan bakal memicu defisit pasokan. Sepanjang 2022 saja, harga gandum sudah meningkat 12%, sedangkan jagung 14,5%.
Patut dicatat, demikian tulis broker itu, Indonesia adalah importir bersih gandum. Pada 2020, negara ini mengimpor 10,2 juta ton gandum senilai US$ 2,6 miliar. Para pemasoknya, merujuk data Badan Pusat Statistik, adalah Australia, Amerika Serikat (AS), dan Kanada.
“Lonjakan biaya produksi akan menghantam margin perusahaan barang konsumsi, terutama Indofood, Indofood CBP, dan Mayora, yang banyak menggunakan gandum,” tulis BRI Danareksa.
Sekuritas ini memprediksi gandum menyumbangkan 16% beban pokok penjualan Mayora, sedangkan Indofood CBP 15%. Dari analisis perusahaan ini, lonjakan harga gandum, minyak sawit, susu, dan minyak mentah bakal menghajar laba bersih emiten barang konsumsi. Namun, Indofood kemungkinan bisa sedikit terdampak pergerakan liar minyak sawit (CPO), karena punya anak usaha di sektor ini. Imbasnya, jebloknya laba Indofood CBP bakal dikompensasi lompatan laba bersih anak usaha di sektor CPO.
Akhir 2021, Mayora sudah menaikkan harga jual 5-8%, Indofood CBP 3-4% untuk produk mi instan, sedangkan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 5-6%. Memang, para pemain sektor ini melaporkan penjualan masih kuat awal 2022. Akan tetapi, seperti tertera di atas, gerak liar harga komoditas lama kelamaan bakal merusak margin dan menghambat pemulihan laba bersih perusahaan hilir, macam Mayora dan Indofood CBP.
“Kami melihat Kalbe Farma (KLBF) dan Sido Muncul (SIDO) lebih tahan banting dalam kasus ini,” tulis BRI Danareksa.
BRI Danareksa merekomendasikan buy saham ICBP, KLBF, INDF, SIDO, dan WOOD, dengan target harga Rp 11.500,Rp 1.900, Rp 8.700, Rp 1.100, dan Rp 1.200, sedangkan MYOR dan KINO diganjar sell dengan target harga Rp 2.100 dan Rp 1.700. Adapun UNVR dikasih rating netral dengan target harga Rp 4.300. (yus)
Discussion about this post