Jakarta, Fundflow – Saham rights issue PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ternyata tidak laku. Hanya 38% pemegang saham publik Waskita yang mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
Waskita hanya meraup Rp 9,44 triliun dari RI, di bawah target Rp 11,93 triliun. Ini menjadi alasan mengapa harga saham konstruksi tumbang 7-11% selama 17-18 Januari 2022. Selain faktor itu, prospek bisnis emiten konstruksi seperti Waskita dinilai suram.
Hal itu mencual dalam laporan riset CGS-CIMB, belum lama ini. Broker ini menilai, target kontrak baru empat BUMN konstruksi 2022 tidak realistis, lantaran pemerintah memangkas belanja infrastruktur tahun ini.
Apalagi, torehan kontrak baru empat BUMN konstruksi, yakni PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Waskita, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) per November 2021 jeblok, hanya Rp 60 triliun, turun 12% dari tahun sebelumnya dan hanya 50% dari target empat perusahaan dan 62% dari proyeksi CIMB.
CGS CIMB menilai, saham sektor konstruksi masih bearish, dengan rekomendasi underweight, kendati laba bersih bisa bangkit tahun ini. Risikonya masih sama, beban utang BUMN konstruksi terlalu tinggi. Broker ini memangkas habis target harga PTPP menjadi Rp 900, WSKT Rp 740, dan WIKA Rp 730.
Discussion about this post