Jakarta, Fundflow – Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) lagi buluk dan ditutup di level terendah dalam enam bulan terakhir, terseret penurunan harga minyak mentah dan minyak nabati lain. Koreksi harga komoditas-komoditas ini dipicu kerugian besar para trader lantaran salah mengambil posisi trading.
Berdasarkan laporan Reuters, Rabu (23/6/2022), harga kontrak CPO untuk pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 482 ringgit atau setara 9,68% ke level 4,498 ringgit, ekuivalen US$ 1,021.58 per ton. Ini merupakan penurunan harga CPO terdalam sejak January 2020.
Sementara itu, Indonesia selaku pemain sawit terbesar dunia telah menerbitkan izin ekspor sawit sebanyak 894 ribu ton dalam skema DMO.
“Harga CPO melanjutkan tren pelemahan, selaras dengan kejatuhan harga minyak kedelai di Chicago dan Dalian, serta minyak mentah. Tetapi, sudah ada pergerakan untuk mengantisipasi kerugian dalam 2-3 hari terakhir,” kata seorang trader komoditas di Kuala Lumpur.
Di Dalian Commodity Exchange Tiongkok, harga kontrak minyak kedelai teraktif DBYcv1 turun 5,1%, sedangkan kontrak CPO DCPcv1turun 3,8%. Sementara itu, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 3,8%, seiring prediksi membaiknya cuaca di kawasan Amerika Serikat bagian tengah barat.
Sejauh ini, harga CPO berkaitan erat dengan minyak nabati lain, karena mereka saling bersaing di pasar dunia.
Discussion about this post