Jakarta, Fundflow – PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM) melalui anak usahanya PT Gag Nickel (PTGN) membeli 30% saham perusahaan smelter nikel Jiu Long Metal Industry (JLMI) dari Newton International Investment (NII), anak usaha Eternal Tsingshan Group Limited (ETGL), senilai US$ 102 juta. Setelah membeli saham unit Tsingshan itu, laba bersih Antam diprediksi meningkat lumayan.
Tsingshan adalah perusahaan baja nirkarat (SS) terbesar di dunia. Perusahaan ini merupakan investor penggerak kawasan industri Morowali, klaster industri pengolahan nikel, pionir di Indonesia.
Berdasarkan riset Mandiri Sekuritas (Mansek), mengikuti transaksi ini, PTGN akan memberikan pinjaman pemegang saham kepada JLMI senilai US$ 18 juta, 30% dari total, yang akan digunakan JLMI untuk membayar utang ke NII. Selepas Antam masuk, NII tetap pengendali JLMI dengan kepemilikan 70%.
“Antam akan mendapatkan dividen dari JLMI,” tulis broker lokal itu dalam riset, dikutip Rabu (9/10/2024).
Ini merupakan seri dari rangkaian transaksi Antam dan Tsingshan. PTGN dan Universal Metal Trading (UMT), anak usaha ETGL) telah meneken dua kesepakatan.
Pertama, perjanjian pasokan bijih nikel PTGN ke UMT. Kedua, pembayaran dimuka pembelian bijih nikel oleh UMT ke PTGN. Dana itu akan digunakan PTGN untuk membayar sebagian transaksi JLMI.
Mansek menilai, pembelian saham JLMI adalah bagian rencana Antam di bisnis pengolahan nikel dan memonetisasi cadangan nikel perseroan yang besar. JLMI kini mengoperasikan smelter RKEF dengan produksi 28 ribu ton per tahun dan membutuhkan pasokan bijih nikel 3 juta ton.
Tetapi, Mansek memprediksi hal itu tidak mengubah target penjualan bijih nikel Antam sebanyak 13,5 juta ton. Tetapi, ini akan mendatangkan pasar tetap bagi Gag Nikel.
Proyeksi Laba Bersih dan Target Harga
Mansek memprediksi JLMI menghasilkan laba bersih US$ 28 juta. Ini akan menghasilkan dividen Rp 130 miliar ke Antam, sehingga mendongkrak estimasi laba bersih Antam sebesar 4% pada 2025 yang diestimasi Rp 3,2 triliun.
Ini bukanlah kali pertama Antam bermitra dengan Tsingshan, karena perseroan memiliki 10% saham Weda Bay Nickel (WBN). Pada 2023, perseroan menerima US$ 83,5 juta.
Mansek menetapkan rekomendasi buy saham ANTM dengan target harga Rp 1.900, merefleksikan potensi kenaikan 24,6% dari harga saat riset itu dibuat Rp 1.525.
Discussion about this post