Jakarta, Fundflow – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel/MTEL) meraup dana Rp 18,8 triliun dari IPO saham November 2021. Namun, dari jumlah itu, baru Rp 313 miliar dana IPO yang digunakan, sedangkan sekitar Rp 18,5 triliun malah diparkir di deposito.
Dalam laporan riset CGS CIMB, belum lama ini, disebutkan, Mitratel menempatkan dana Rp 4,8 triliun di deposito Bank Mandiri periode satu bulan dengan bunga 2,75%, lalu Rp 5 triliun di deposito BRI dengan periode enam bulan dan bunga 2,75%, dan Rp 5 triliun di deposito BNI periode enam bulan dan bunga 2,9%.
Selanjutnya, Mitratel memarkir dana Rp 2,3 triliun di deposito Bank Permata periode satu bulan dan bunga 2,95%, lalu DBS Rp 200 miliar, periode tiga bulan, bunga 2,77%, dan Bank Mega Rp 850 miliar, periode tiga bulan, dan bunga 3,5%.
Sejatinya, Mitratel akan menggunakan 90% dana IPO untuk belanja modal. Dari jumlah itu, sebanyak 44% digunakan untuk pengembangan bisnis organik, sedangkan 56% untuk anorganik, yakni akuisisi menara telekomunikasi.
Berdasarkan riset CGS CIMB, Mitratel memiliki 28 ribu menara telekomunikasi, dengan jumlah penyewa 42 ribu dan tenancy ratio 1,5 kali. Broker ini memprediksi pendapatan dan laba bersih Mitratel mencapai Rp 7,3 triliun dan Rp 1,8 triliun pada 2022, naik dari estimasi 22021 Rp 6,7 triliun dan Rp 1,4 triliun.
Sebelumnya, UBS mencatat, Mitratel berniat investasi Rp 15 triliun selama 2022-2023. Perinciannya, sebesar Rp 10 triliun dikucurkan tahun ini, sedangkan 2023 sebesar Rp 5 triliun.
“Investasi itu masuk capex organik perseroan sekaligus untuk akuisisi menara telekomunikasi PT Telkomsel,” tulis UBS dalam laporan pertemuan analis dengan manajemen Mitratel, belum lama ini.
Perseroan, tulis UBS, berniat mengakuisisi 3 ribu menara telekomunikasi Telkomsel pada paruh kedua 2022. Selain itu, Mitratel membidik perusahaan menara telekomunikasi skala kecil untuk diakuisisi. Anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) ini juga berniat memacu bisnis fiber secara organik dan nonorganik. (yus)
Discussion about this post